Rabu, 14 Agustus 2013

Mitos Penggunaan Pensil 2B dan Menggosokkan Lapisan Lilin Pada Teknologi Optical Mark Reader dengan Image Scanner


Teknologi Optical Mark Recognition atau sekarang populer Digital Mark Reader digunakan pada berbagai ujian baik Ujian Akhir Nasional dan Ujian penerimaan pegawai , yaitu teknologi yang memeriksa pilihan ganda yang biasanya ditandai dengan alat tulis seperti pensil 2B dengan cara mengarsir pilihan tersebut.

Bagaimana Teknologi ini bekerja ?


 
Pada Tahap Awal :  administrator Optical Mark Reader akan membuat pola pembacaan atau yang disebut sebagai template yang berisi informasi tentang  data yang dikumpulkan (nama, nomor ujian, jawaban soal no1, dsb), bentuk data (isian huruf atau angka atau campuran) dan posisi data pada lembar jawaban  ( indikator jarak dalam sumbu X dan Y). Kita ibaratkan template ini adalah lembar jawaban yang kita cetak pada lembar transparansi yang kemudian akan kita pasangkan dengan lembar jawaban yang diperiksa.

Pada Tahap Kedua  :adalah melakukan pemindaian lembar-lembar jawaban yang sudah diisi jawaban kemudian di matchingkan dengan template yang dibuat. Adanya warna hitam pada isian posisi tertentu dianggap sebagai data (misal mengarsir huruf A akan menghasilkan data "A").

Setelah melewati tahapan ini semua lembar jawaban terperiksa dengan kecepatan tinggi dan proses selesai. Kalau memang semudah itu, apa yang menjadi masalah?

Persyaratan Teknis

 Optical Mark Reader memiliki dua persyaratan teknis. Pertama adalah lokasi data nya harus benar pada saat dibaca dan kedua datanya cukup valid (hitam) pada saat dibaca.

1.       Lokasi Data harus benar

 

Lokasi data yang benar yang dimaksud adalah lokasi data sesuai dengan pola atau template yang dibuat. Artinya sumber kesalahan bisa berasal dari :

 

·         Template yang salah pada saat pemeriksaan (semua / sebagian data akan bergeser)

·         Pencetakan lembar jawaban tidak stabil atau berkualitas rendah sehingga tidak semuanya sesuai dengan template yang dibuat.

·         Image yang dihasilkan oleh scanner cacat sehingga kurang terbaca posisinya ini bisa karena salah setting scanner, salah memasukkan kertas, kertas cacat saat masuk scanner.

Kesalahan karena lokasi akan mudah dideteksi dari data yang dibaca karena biasanya pergeseran datanya signifikan (misal nama " DEWI" bergeser satu baris menjadi "CDVH" (selisih satu huruf) ).

 

2.       Datanya cukup valid

                Data yang valid artinya adanya sejumlah warna hitam pada suatu lokasi yang tegas. Data               yang dianggap meragukan atau tidak valid adalah yang dimemenuhi jumlah area yang harusnya diarsir.

                Penyebab data tidak valid adalah :

·         Arsiran tidak hitam valid (diarsir tipis-tipis)

·         Arsiran tidak pada lokasinya (misal mengarsir diantara huruf "A" dan "B")

·         Menghapus jawaban yang salah tidak bersih

·         Mengarsir pada lebih dari satu jawaban padahal setting template menyatakan hanya boleh 1 jawaban yang benar (pada kondisi ujian tertentu diperbolehkan mengisi lebih dari 1 jawaban bila diijinkan oleh pembuat template).

 

Bagaimana Teknologi ini menentukan lokasi yang tepat dan Jawaban yang dianggap valid?


Untuk menentukan lokasi yang tepat, pada lembar jawaban diberikan tanda referensi yang berupa kotak-kotak hitam disisi kanan kiri atau terkadang diatas, dan juga berupa garis tebal. Kenapa harus ada tanda seperti itu? Karena tanda ini akan menjadi patokan yang handal dibandingkan mengukur dari tepi kertas (mesin cetak tidak stabil dan pemotong kertas juga tidak bisa diandalkan). Lokasi akan sukar dibaca apabila tanda referensi ini cacat (robek, kabur cetakannya, atau dicoret - coret oleh peserta sendiri).

Untuk menentukan jawaban yang valid, aplikasi pemindaian akan melakukan setting berupa persentase warna hitam yang diperbolehkan untuk suatu jawaban dianggap valid. Misal 24% artinya 24 persen area berwarna hitam maka peserta dianggap sudah menjawab.

Kenapa lembar jawaban diberi warna merah, hijau dan biru? Jawabannya adalah untuk meningkatkan validitas jawaban, warna-warna merah, hijau dan biru akan dihilangkan oleh mesin scanner sehingga menyisakan tanda referensi yang berwarna hitam dan jawaban peserta saja, sehingga semua area yang tidak diarsir atau dicoret akan berwarna putih atau nilainya kosong dan jawaban yang isi akan memiliki persentase warna hitam yang akan digunakan untuk menilai validitas data. Apabila menggunakan lembar fotocopy maka biasanya dilakukan pemindaian pada persentase tinggi.

 

Dengan menggunakan prinsip diatas kita bisa melogika berbagai mitos yang terjadi

Apakah dapat menggunakan lapisan lilin agar jawaban terbaca benar semua ?

 

Lapisan lilin memberikan lapisan transparan pada kertas dan terkadang menyamarkan warna hitam menjadi sedikit putih, apabila lapisan lilin ini transparan maka tidak akan mempengaruhi pembacaan scanner. Tetapi apabila lapisan lilin menyebabkan warna hitam menjadi pudar maka justru akan merugikan peserta sendiri karena bisa menyebabkan kesalahan posisi data (tanda referensi tidak terbaca) atau data tidak valid (jawaban menjadi kurang hitam).

Apakah  harus menggunakan pensil 2B ?

Tips dari penulis adalah hitamkan hingga huruf pada pilihan tidak dapat dibaca lagi, misal memilih jawaban "A" maka usahakan huruf "A" tersebut tertutupi warna hitam hingga tidak kelihatan lagi.

Pensil 2B yang diarsir tipis akan berpeluang gagal dibandingkan dengan pensil HB yang diarsir tebal.

Pensil 2B digunakan karena tingkat kelunakannya yang tidak merobek kertas pada saat digunakan untuk mengarsir dan sekaligus kemudahan untuk dihapus kembali dengan bersih dibandingkan dengan pensil 3 B misalnya.

 Ikuti petunjuk pengisian dan arsirlah sepadat mungkin.

 

Demikian semoga tulisan ini berguna.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar